My Melody Crying

Jumat, 13 Maret 2015

sistem endokrin

A.    Pengertian Sistem Endokrin
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Sistem endokrin hamper selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja melalui transmisi kimia.
  2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.
B.     Sel-sel Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
  1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
  2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.

C.    Organ utama dari sistem endokrin adalah:

a.       Hipotalamus
 http://2.bp.blogspot.com/-hqY9c4p9AQ0/T50QW1GPiTI/AAAAAAAAAlw/sRiQHSiZMIo/s320/pineal.jpg
Hipotalamus adalah bagian organ dari otak yang mempunyai fungsi yang sangat vital. Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di diencephalon. Hipotalamus mengatur kerja sistem endokrin, mengatur sintesis dan sekresi hormon-hormon hipofise (hormon pertumbuhan).
Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur terpenting dari seluruh hormon-hormon endokrin. Hipotalamus juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar Hipotalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas dari tubuh yang sangat banyak.
Hipotalamus bertanggungjawab terhadap:
Cahaya: day length dan photoperiod untuk mengatur sirkadian ritme dan musiman Rangsangan penciuman, termasuk feromon
Steroid, termasuk steroid gonad (hormon kelamin) dan kortikosteroid
Neurally mengirimkan informasi yang timbul terutama dari jantung, perut, dan saluran reproduksi
Saraf otonom
Melalui darah rangsangan, termasuk leptin, ghrelin, angiotensin, insulin, hormon pituitari, sitokin, konsentrasi plasma glukosa dan osmolaritas dll
Stres
Menyerang mikroorganisme dengan suhu tubuh meningkat, ulang termostat tubuh ke atas.
Hipotalamus mengontrol banyak sekali hormon yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi pengaturan hormon inilah yang menentukan, betapa sangat vitalnya satu organ ini.
Hormon-hormon yang dikontrol oleh hipotalamus antara lain:
ACTH : Adrenocortico Releasing Hormon
ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormon
TRH : Tyroid Releasing Hormonhttp://4.bp.blogspot.com/-IFYlzGOCzt4/T50Q7MSMrQI/AAAAAAAAAmI/20DroY4HM1Q/s320/hipotalamus.gif
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
PRH : Prolaktin Releasing Hormon
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
GRH : Growth Releasing Hormon
GIH : Growth Inhibiting Hormon
MRH : Melanosit Releasing Hormon
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf
b.       Kelenjar hipofisa/Kelenjar Pituitari
http://biodewi.webs.com/hihihiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.jpgKelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.
a.       Hipofisis anterior:












Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan gangguannya
         Hormon yang dihasilkan
              Fungsi dan gangguannya
Hormon Somatotropin (STH), Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.
Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi tiroksin
Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk metabolisme karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH)
Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu
Hormon gonadotropin pada wanita :
1.     Follicle Stimulating Hormone (FSH)
2.     Luteinizing Hormone (LH)

 ·    Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen
·    Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron
Hormone gonadotropin pada pria :
1.     FSH

2.     Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)

 ·    Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses pematangan sperma)
·    Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen


                                     















b.      Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)
No
            Hormon
                           Fungsi
   1.
MSH (Melanosit Stimulating Hormon)
Mempengaruhi warna kulit individu. dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit



c.       Hipofisis posterior
http://biodewi.webs.com/DIPERJELAS.jpg


jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior
No
Hormon
Fungsi
1.
Oksitosin
Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan
2.
Hormon ADH

Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah
http://biodewi.webs.com/BENER2.jpg 






Gambar 5. Regulasi hormon ADH
Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh hipotalamus. Jika cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan mensekresikan ADH  untuk melakukan reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali seimbang. Selain itu, karena cairan pada ginjal sudah diserap, maka urinenya kini bersifat pekat.
Jika seseorang buang air kecil terus menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya mengalami gangguan sebab ADH tidak berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini disebut diabetes insipidus.


c.       Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
Tiroid merupakan kelenjar kecil dengan fungsi dan peran besar yang mengatur metabolisme tubuh.
Berat kelenjar tiroid hanya beberapa gram, terletak di leher bagian depan dan memiliki bentuk seperti “kupu-kupu”.
Dua “sayap kupu-kupu” (lobus) dihubungkan oleh jaringan yang dikenal sebagai isthmus (tanah genting). Kelenjar tiroid memengaruhi setiap jaringan dalam tubuh yang memerlukan peningkatan aktivitas sel.
Perubahan berat badan (naik atau turun), perubahan detak jantung, kepekaan terhadap panas dan dingin, koordinasi motorik dan bahkan kesuburan dapat terpengaruh ketika tiroid tidak berfungsi dengan baik.
T3 & T4
Tiroid bertanggung jawab untuk produksi dua macam hormon yaitu tri-iodothyronine (T3) dan tiroksin (T4). Kedua hormon ini disekresikan ke dalam tubuh oleh tiroid melalui konversi yodium.
Setelah T3 dan T4 dilepaskan ke dalam aliran darah, keduanya dikirim ke sel-sel yang bertanggung jawab untuk mengendalikan metabolisme tubuh.
Sebuah kelenjar tiroid yang berfungsi normal akan menghasilkan 80 persen T4 dan 20 persen T3.

TSH & Hormon Tiroid
Kadang-kadang, tingkat hormon tiroid akan turun terlalu rendah. Ketika ini terjadi, kelenjar pituitari (kelenjar kecil di dasar otak) melepaskan apa yang dikenal sebagai TSH (Thyroid Stimulating Hormone) untuk mendorong tiroid memproduksi dan mengeluarkan lebih banyak hormon.
Setelah tiroid memproduksi lebih banyak hormon, kelenjar pituitari akan menghentikan produksi TSH. Kelenjar pituitari dan tiroid selalu bekerja bersama-sama untuk menjaga kondisi hormon selalu seimbang.
Namun, jika seseorang memiliki gangguan tiroid dimana hormon diproduksi terlalu banyak atau sedikit, pelepasan TSH akan mengiritasi kelenjar tiroid dan menyebabkan “gondok” (tiroid membesar).
d.      Kelenjar paratiroid
http://2.bp.blogspot.com/-YOrKQEZ17AM/T77qYVgoX6I/AAAAAAAAALw/8ypzqRP1u7U/s200/kelenjar%2Bparatiroid.jpg
 
















Fungsi kelenjar paratiroid 
·         Mengatur metabilisme fosfor 
·         Memelihara kosentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma 
·         Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal 
·         Mempercepat absorsi kalsium di intestine 
·         Jika kalsium berkurang, hormone paratiroid menstimulasi reabsorsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah. 
·         Menstimulasi dan mentransportasi kalsium dan fosfat melalui membran sel.
e.       Pulau-pulau pankreas

Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormone insulin berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan hormon glucagons yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.
Secara anatomis, kelenjar pancreas terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas dengan panjang ± 25 cm, dan berat 120 gram, yang terdiri dari caput, leher, corpus, cauda, dan procuncinatus (bag caput yg menonjol ke bawah).
Pankreas dipersarafi oleh saraf-saraf simpatis dari cabang-cabang nervus vagus. Jika terjadi nyeri pada pancreas akan menyebar ke paramedia kanan dan menyebar ke epigastrik serta ke seluruh abdomen kiri.
Secara Mikroskopis, ada 2 fungsi pankreas, yaitu berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Pankreas berfungsi sebagai kelenjar eksokrin sama seperti kelenjar ludah. Sedangkan fungsi kelenjar endorinnya dapat dibagi menjadi 3 sel utama, yaitu:
α cell (Sel Alpa)
Fungsi dari sel α adalah: 
  • Memproduksi glukagon 
  • Meningkatkan glukagon 
  • Menurunkan kadar glukosa 
  • Hyperglycemic factor 
  • Sel bulat dengan dinding tipis
β cell (Sel Beta)
Fungsi dari sel β adalah: 
  • Memproduksi insulin 
  • Hypoglycemic factor 
  • Bertentangan dengan sel 
  • Menurunkan glukagon 
  • Meningkatkan glukosa
∂ cell (Sel gamma)
Fungsi dari ∂ cell  belum diketahui secara pasti









f.        Kelenjar adrenal
http://4.bp.blogspot.com/-APHMnyWg8HI/T78vu0aTSdI/AAAAAAAAAMA/T9ltXj9CgMk/s320/kelenjar%2Badrenal.jpg
            Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan  bagian medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
            Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal,  bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan androgen.
Hormon yang dihasilakan kelenjar adrenal 
  • Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan penyakit adison. 
  • Pada medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah glikogen menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung. Hormone adrenalin bekerja antagonis dengan hormone insulin dalam mengatur gula dalam darah agar tetap normal.
Hubungan Kelenjar Adrenal dengan Emosi
Kelenjar adrenal, khususnya hormon yang dihasilkannya (efinefrin dan norefinefrin) mempunyai hubungan kerja dengan sistem emosi manusia. Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui sinyal hormonal. Medulla adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap stress dengan cara mensekresikan hormon katekolamin yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks adrenal mengontrol respon yang berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormone steroid (Campbell, 1952 : 146).

g.        Buah zakar

Testis
Androgen 
(testosteron)


Mempertahankan pembentukan sperma, 
Dan terlibat dalam perkembangan ciri seks sekunder

h.       Indung telur.

Ovarium
Esterogen 
progesteron
Menginisiasi proliferasi endometrium 
Mempertahankan ketebalan endometrium

Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin.

D.    Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon
Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hormon peptide dan protein, steroid, dan turunan tirosin.
Steroid
Peptida
Protein Besar
Turunan Tirosin
Testosteron 
Esterogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D-3
Hormon Hipotalamus 
Angiotensin
Somatostatin
Gastrin
Sekretin
Glukagon
Kalsitonin
Insulin
Parathormon
Hormon Pertumbuhan 
Prolaktin
LH
FSH
TSH
Katekolamin, meliputi : 
Noradrenalin
Adrenalin
Hormon Tiroid, meliputi :
Tiroksin (T4)
Triiodotironin (T3)
Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon, antara lain :
Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasin antibodi.
Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.
Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ endokrin.
Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.

E.     Sifat Hormon
Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat. Beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon ialah sebagai berikut.
  1. Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang belum aktif (disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki rantai yang panjang daripada bentuk aktifnya.
  2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagian hormon berumur pendek.
  3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan sel sasaran dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain (contohnya esterogen dan tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari.
  4. Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
  5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam mekanismenya.
F.     Mekanisme Aksi Hormon
Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya dan memebentuk komplekss hormon-reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja seperti di atas :
ü  Perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses metabolism tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
ü  Pengaktifan mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi sel untuk memasukkan tau mengeluarkan suatu zat.
ü  Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya, antara alin pergerakan ameba dan mitosis sel.
ü  Pengubahan aktivitas metabolism DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat emepengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.
Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat musah larutdalam lipid sehingga mudah melewati membrane sel sasaran.
Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan dengan pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang sanagt tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.
I.       Penyakit Pada Sistem Endokrin
Setiap tubuh seseorang pasti mengalami perubahan dan akan mempengaruhi fungsi sistem endikron dan sekresi (keluarnya) hormon. Berubahnya tingkat hormon bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti stress, infeksi, penuaan, genetik, dan lingkungan yang bisa merusak keseimbangan badan. Bila sistem endokrin tidak seimbang, ia akan terganggu dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan bisa merusak kesehatan kita lewat beragam cara.
Ada banyak penyakit sistem endokrin yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem yang komplek ini. Di antara penyakit-penyakit yang sudah polpuler antara lain:
v Gangguan pertumbuhan, seseorang yang kelebihan hormon pertumbuhan akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada anak-anak kelebihan hormon pertumbuhan disebut gigantisme dan pada orang dewasa disebut ackromegali. Sebaliknya, bila anak-anak mengalami kekurangan hormon, ia akan mengalami kekerdilan.
v Hyperprolactinemia, sekresi prolaktin yang berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan produksi/keluarnya air susu ibu (galactoorhea) meski tidak mengandung atau tidak menstruasi (amemorrhea).
v Kegagalan fungsi gonad (hypogonadisme, akibat kekurangan sekresi Hormon Peluteinan (LH) dan Hormon Perangsang Folikel (FSH). Keadaan ini biasanya sering dialami pria, yakni berupa kegagalan menghasilkan jumlah sperma yang normal.
Hipertiroidisme (Hyperthyroidism)
Hipertiroidisme terjadi ketika hormon tiroid terlalu banyak dilepaskan ke dalam tubuh, sehingga mengakibatkan metabolisme tubuh yang terlalu cepat.
Sementara hipertiroidisme memiliki banyak penyebab, gejala-gejala yang menyertainya pada dasarnya sama.
Gejala tersebut diantaranya suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, atau dalam beberapa kasus terjadi kenaikan berat badan akibat nafsu makan yang meningkat.
Hipotiroidisme (Hypothyroidism)
Hipotiroidisme adalah kondisi dimana kelenjar tiroid menghasilkan T3 dan T4 kurang dari yang dibutuhkan tubuh.
Seperti hipertiroidisme, hipotiroidisme seringkali sulit untuk didiagnosa pada stadium awal.
Gejala hipotiroidisme ditandai dengan metabolisme yang melambat, penambahan berat badan, ketidakmampuan untuk menurunkan berat badan, rambut rontok, intoleransi dingin, nyeri sendi dan otot, kelemahan, kehilangan memori, kulit kering atau pucat, penurunan gairah seksual, dan terlalu banyak tidur.
Dalam kasus tertentu, pasien dengan hipotiroidisme melaporkan tertidur saat berhenti di lampu lalu lintas atau saat sedang duduk di meja kerja.
Penyakit Hashimoto, bentuk paling umum dari hipotiroidisme, memiliki sebab auto-imun yaitu ketika tiroid diserang oleh sistem kekebalan tubuh.
v Penyakit kencing manis, penyakit sistem endokrin yang sering kita dijumpai. Penyakit kecing manis ada dua. Jenis pertama terjadi apabila pankreas gagal menghasilkan insulin yang mencukupi. Sementara, jenis kedua terjadi akibat badan tidak mampu merespon insulin dengan normal. Penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan gagal ginjal, neuropathy dan kerusakan saraf, kebutaan, amputasi kaki, sakit jantung, serta stroke.
v Osteoporosis, terjadi baik pada wanita maupun laki-laki. Ini terjadi bila struktur tulang menjadi semakin lemah dan kelihatan seperti retak atau patah. Banyak faktor penyebabnya, termasuk kekurangan hormon estrogen pada masa menopaus wanita, atau kekurangan hormon tetosteron pada laki-laki seiring bertambhnya usia.
v Sindrom Ovari Polisistik, PholycysticOvary Syndrome (PCOS) adalah penyakit endokrin yang menyerang lebih kurang 5% jumlah wanita. Wanita yang mengalami PCOS ini menghasilkan jumlah hormon seks lelaki (endogren) yang berlebihan. Hal ini bisa menghalangi proses ovulasi dan menyebabkan ketidaksuburan. Para penderita PCOS mungkin mengalami gangguan menstruasi atau malah tidak menstruasi, tidak subur, rambut yang tumbuh berlebihan. Penyakit ini bisa mengakibatkan gangguan kesehatan jangka panjang pada wanita.
v Menopause, yakni masa perubahan badan di mana level estrogen, testosteron, dan progesteron semakin berkurang dan akhirnya sama sekali berhenti produksi. Kekurangan estrogen menyebabkan badan terasa panas, berpeluh, emosi tidak stabil, murung, vagina kering, urin terganggu, hilang konsentrasi, dsb. Ada banyak risiko jangka panjang yang bisa terjadi seperti penyakit kardiovaskular meningkat, kegemukan, perubahan tingkat kolesterol, risiko osteoporosis meningkat, penyakit Alzhiemer, dsb.
v Diabetes insipidus, penyakit diakibatkan oleh kekurangan hormon antidiuresis. Masalah ini timbul akibat rusaknya tangkai pituitari atau kelenjar pituitari posterior. Penderita yang mengidap diabetes insipidus ini selalu merasa dahaga dan sering kencing.
v Ketidakcukupan Adrenal atau penyakit Addison, yakni akibat rusaknya fungsi korteks adrenal dan secara langsung mengakibatkan kekurangan pengeluaran/sekresi hormon kortikosteroid adrenal. Gejala-gejalanya antara lain; badan lemah, penat, loyo, kekurangan/turunnya berat badan, murung, lesu, muntah-muntah, anoreksia, dan hiperpigmentasi.
v Sindrom Cushing, yakni keadaan akibat hipersekresi [perembesan yang berlebih] glukokortikoid dari korteks adrenal. Gejalanya antara lain termasuk kegemukan, gagal pertumbuhan, lemah otot, kulit mudah lebam, jerawat, tekanan darah tinggi, dan perubahan psikologis.





KESIMPULAN

Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja secara kooperatif untuk mengatur seluruh aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati ataupun oleh sel neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu hormon steroid, hormon peptide dan hormon turunan tirosin
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erta dengan adanya reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon tertentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membrane sel juga terdapat di sitoplasma sel.
Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliki pada umumnya berupa organ neuroendokrin, sedangkan sistem endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata umumnya berupa organ endokrin klasik dan organ endokrin tepi.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et all. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Diktat Kuliah. 1981. Sistem Endokrin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.


0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 13 Maret 2015

sistem endokrin

A.    Pengertian Sistem Endokrin
Sistem Endokrin disebut juga kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta koordinasi tubuh.
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Sistem endokrin hamper selalu bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Dibandingkan dengan sistem saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja melalui transmisi kimia.
  2. Sistem endokrin memperhatikan waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada sistem saraf, potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik, tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam. Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.
B.     Sel-sel Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
  1. Sel Neusekretori, adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
  2. Sel endokrin sejati, disebut juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.

C.    Organ utama dari sistem endokrin adalah:

a.       Hipotalamus
 http://2.bp.blogspot.com/-hqY9c4p9AQ0/T50QW1GPiTI/AAAAAAAAAlw/sRiQHSiZMIo/s320/pineal.jpg
Hipotalamus adalah bagian organ dari otak yang mempunyai fungsi yang sangat vital. Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di diencephalon. Hipotalamus mengatur kerja sistem endokrin, mengatur sintesis dan sekresi hormon-hormon hipofise (hormon pertumbuhan).
Hipotalamus berfungsi sebagai pengatur terpenting dari seluruh hormon-hormon endokrin. Hipotalamus juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar Hipotalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas dari tubuh yang sangat banyak.
Hipotalamus bertanggungjawab terhadap:
Cahaya: day length dan photoperiod untuk mengatur sirkadian ritme dan musiman Rangsangan penciuman, termasuk feromon
Steroid, termasuk steroid gonad (hormon kelamin) dan kortikosteroid
Neurally mengirimkan informasi yang timbul terutama dari jantung, perut, dan saluran reproduksi
Saraf otonom
Melalui darah rangsangan, termasuk leptin, ghrelin, angiotensin, insulin, hormon pituitari, sitokin, konsentrasi plasma glukosa dan osmolaritas dll
Stres
Menyerang mikroorganisme dengan suhu tubuh meningkat, ulang termostat tubuh ke atas.
Hipotalamus mengontrol banyak sekali hormon yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi pengaturan hormon inilah yang menentukan, betapa sangat vitalnya satu organ ini.
Hormon-hormon yang dikontrol oleh hipotalamus antara lain:
ACTH : Adrenocortico Releasing Hormon
ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormon
TRH : Tyroid Releasing Hormonhttp://4.bp.blogspot.com/-IFYlzGOCzt4/T50Q7MSMrQI/AAAAAAAAAmI/20DroY4HM1Q/s320/hipotalamus.gif
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
PRH : Prolaktin Releasing Hormon
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
GRH : Growth Releasing Hormon
GIH : Growth Inhibiting Hormon
MRH : Melanosit Releasing Hormon
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf
b.       Kelenjar hipofisa/Kelenjar Pituitari
http://biodewi.webs.com/hihihiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.jpgKelenjar pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar) karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.
a.       Hipofisis anterior:












Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan gangguannya
         Hormon yang dihasilkan
              Fungsi dan gangguannya
Hormon Somatotropin (STH), Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.
Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi tiroksin
Adrenocorticotropic hormone (ACTH)
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk metabolisme karbohidrat)
Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH)
Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu
Hormon gonadotropin pada wanita :
1.     Follicle Stimulating Hormone (FSH)
2.     Luteinizing Hormone (LH)

 ·    Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen
·    Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron
Hormone gonadotropin pada pria :
1.     FSH

2.     Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)

 ·    Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses pematangan sperma)
·    Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen


                                     















b.      Hipofisis Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)
No
            Hormon
                           Fungsi
   1.
MSH (Melanosit Stimulating Hormon)
Mempengaruhi warna kulit individu. dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit



c.       Hipofisis posterior
http://biodewi.webs.com/DIPERJELAS.jpg


jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior
No
Hormon
Fungsi
1.
Oksitosin
Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan
2.
Hormon ADH

Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah
http://biodewi.webs.com/BENER2.jpg 






Gambar 5. Regulasi hormon ADH
Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh hipotalamus. Jika cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan mensekresikan ADH  untuk melakukan reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali seimbang. Selain itu, karena cairan pada ginjal sudah diserap, maka urinenya kini bersifat pekat.
Jika seseorang buang air kecil terus menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya mengalami gangguan sebab ADH tidak berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini disebut diabetes insipidus.


c.       Kelenjar tiroid
Kelenjar tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia. Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH) hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
Tiroid merupakan kelenjar kecil dengan fungsi dan peran besar yang mengatur metabolisme tubuh.
Berat kelenjar tiroid hanya beberapa gram, terletak di leher bagian depan dan memiliki bentuk seperti “kupu-kupu”.
Dua “sayap kupu-kupu” (lobus) dihubungkan oleh jaringan yang dikenal sebagai isthmus (tanah genting). Kelenjar tiroid memengaruhi setiap jaringan dalam tubuh yang memerlukan peningkatan aktivitas sel.
Perubahan berat badan (naik atau turun), perubahan detak jantung, kepekaan terhadap panas dan dingin, koordinasi motorik dan bahkan kesuburan dapat terpengaruh ketika tiroid tidak berfungsi dengan baik.
T3 & T4
Tiroid bertanggung jawab untuk produksi dua macam hormon yaitu tri-iodothyronine (T3) dan tiroksin (T4). Kedua hormon ini disekresikan ke dalam tubuh oleh tiroid melalui konversi yodium.
Setelah T3 dan T4 dilepaskan ke dalam aliran darah, keduanya dikirim ke sel-sel yang bertanggung jawab untuk mengendalikan metabolisme tubuh.
Sebuah kelenjar tiroid yang berfungsi normal akan menghasilkan 80 persen T4 dan 20 persen T3.

TSH & Hormon Tiroid
Kadang-kadang, tingkat hormon tiroid akan turun terlalu rendah. Ketika ini terjadi, kelenjar pituitari (kelenjar kecil di dasar otak) melepaskan apa yang dikenal sebagai TSH (Thyroid Stimulating Hormone) untuk mendorong tiroid memproduksi dan mengeluarkan lebih banyak hormon.
Setelah tiroid memproduksi lebih banyak hormon, kelenjar pituitari akan menghentikan produksi TSH. Kelenjar pituitari dan tiroid selalu bekerja bersama-sama untuk menjaga kondisi hormon selalu seimbang.
Namun, jika seseorang memiliki gangguan tiroid dimana hormon diproduksi terlalu banyak atau sedikit, pelepasan TSH akan mengiritasi kelenjar tiroid dan menyebabkan “gondok” (tiroid membesar).
d.      Kelenjar paratiroid
http://2.bp.blogspot.com/-YOrKQEZ17AM/T77qYVgoX6I/AAAAAAAAALw/8ypzqRP1u7U/s200/kelenjar%2Bparatiroid.jpg
 
















Fungsi kelenjar paratiroid 
·         Mengatur metabilisme fosfor 
·         Memelihara kosentrasi ion kalsium yang tetap dalam plasma 
·         Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal 
·         Mempercepat absorsi kalsium di intestine 
·         Jika kalsium berkurang, hormone paratiroid menstimulasi reabsorsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah. 
·         Menstimulasi dan mentransportasi kalsium dan fosfat melalui membran sel.
e.       Pulau-pulau pankreas

Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormone insulin. Hormone insulin berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan hormon glucagons yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.
Secara anatomis, kelenjar pancreas terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas dengan panjang ± 25 cm, dan berat 120 gram, yang terdiri dari caput, leher, corpus, cauda, dan procuncinatus (bag caput yg menonjol ke bawah).
Pankreas dipersarafi oleh saraf-saraf simpatis dari cabang-cabang nervus vagus. Jika terjadi nyeri pada pancreas akan menyebar ke paramedia kanan dan menyebar ke epigastrik serta ke seluruh abdomen kiri.
Secara Mikroskopis, ada 2 fungsi pankreas, yaitu berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin. Pankreas berfungsi sebagai kelenjar eksokrin sama seperti kelenjar ludah. Sedangkan fungsi kelenjar endorinnya dapat dibagi menjadi 3 sel utama, yaitu:
α cell (Sel Alpa)
Fungsi dari sel α adalah: 
  • Memproduksi glukagon 
  • Meningkatkan glukagon 
  • Menurunkan kadar glukosa 
  • Hyperglycemic factor 
  • Sel bulat dengan dinding tipis
β cell (Sel Beta)
Fungsi dari sel β adalah: 
  • Memproduksi insulin 
  • Hypoglycemic factor 
  • Bertentangan dengan sel 
  • Menurunkan glukagon 
  • Meningkatkan glukosa
∂ cell (Sel gamma)
Fungsi dari ∂ cell  belum diketahui secara pasti









f.        Kelenjar adrenal
http://4.bp.blogspot.com/-APHMnyWg8HI/T78vu0aTSdI/AAAAAAAAAMA/T9ltXj9CgMk/s320/kelenjar%2Badrenal.jpg
            Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di atas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan  bagian medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor eprinefrin.
            Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20% dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis, bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks Adrenal,  bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon kortikosteroid dan androgen.
Hormon yang dihasilakan kelenjar adrenal 
  • Pada korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi mempengaruhi penyerapan. Apabila kekurangan menyebabkan penyakit adison. 
  • Pada medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah glikogen menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja jantung. Hormone adrenalin bekerja antagonis dengan hormone insulin dalam mengatur gula dalam darah agar tetap normal.
Hubungan Kelenjar Adrenal dengan Emosi
Kelenjar adrenal, khususnya hormon yang dihasilkannya (efinefrin dan norefinefrin) mempunyai hubungan kerja dengan sistem emosi manusia. Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui sinyal hormonal. Medulla adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap stress dengan cara mensekresikan hormon katekolamin yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks adrenal mengontrol respon yang berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan hormone steroid (Campbell, 1952 : 146).

g.        Buah zakar

Testis
Androgen 
(testosteron)


Mempertahankan pembentukan sperma, 
Dan terlibat dalam perkembangan ciri seks sekunder

h.       Indung telur.

Ovarium
Esterogen 
progesteron
Menginisiasi proliferasi endometrium 
Mempertahankan ketebalan endometrium

Selama kehamilan, plasenta juga bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin.

D.    Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat Hormon
Berdasarkan hakekat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hormon peptide dan protein, steroid, dan turunan tirosin.
Steroid
Peptida
Protein Besar
Turunan Tirosin
Testosteron 
Esterogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D-3
Hormon Hipotalamus 
Angiotensin
Somatostatin
Gastrin
Sekretin
Glukagon
Kalsitonin
Insulin
Parathormon
Hormon Pertumbuhan 
Prolaktin
LH
FSH
TSH
Katekolamin, meliputi : 
Noradrenalin
Adrenalin
Hormon Tiroid, meliputi :
Tiroksin (T4)
Triiodotironin (T3)
Selain berbagai hormon yang telah disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon, antara lain :
Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma, yaitu sel penghasin antibodi.
Hormon Brakidin : Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
Hormon Eritropuitin : Merupakan glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan ginjal, hormon ini dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.
Hormon Prostaglin, Eritropuitin, Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh berbagai jaringan tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ endokrin.
Hormon Feromon : suatu senyawa kimia spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke lingkunganya.dan dpapat menimbulkan respons prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.

E.     Sifat Hormon
Semua hormon umunya memperlihatkan adanya kesamaan sifat. Beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon ialah sebagai berikut.
  1. Hormon Polipeptida biasanya disintesis dalam bentuk precursor yang belum aktif (disebut sebagai prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki rantai yang panjang daripada bentuk aktifnya.
  2. Sejumlah hormon dapat berfungsi dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagian hormon berumur pendek.
  3. Beberapa jenis hormon (misalnya adrenalin) dapat segera beraksi dengan sel sasaran dalam waktu beberapa detik, sedangkan hormon yang lain (contohnya esterogen dan tiroksin) bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari.
  4. Pada sel sasaran, hormon akan berkaitan dengan reseptornya.
  5. Hormon kadang-kadang memerlukan pembawa pesan kedua dalam mekanismenya.
F.     Mekanisme Aksi Hormon
Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel dapat terletak pada membrane atau sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk hormon protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon akan segera berikatan dengan reseptornya dan memebentuk komplekss hormon-reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja seperti di atas :
ü  Perubahan aktivitas enzim : perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses metabolism tertentu dapat terselenggara atau terhenti.
ü  Pengaktifan mekanisme transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi sel untuk memasukkan tau mengeluarkan suatu zat.
ü  Aktivitas pembentukan mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi berbagai peristiwa yang tergantung padanya, antara alin pergerakan ameba dan mitosis sel.
ü  Pengubahan aktivitas metabolism DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat emepengaruhi proses pertumbuhan atau pembelahan sel.
Reseptor Hormon Pada Sitoplasma (Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam sitoplasma sel sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik adalah hormon steroid dan hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat musah larutdalam lipid sehingga mudah melewati membrane sel sasaran.
Selama dalam peredaran darah ke seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan dengan pengembannnya. Hormon akan terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan kompleks hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung yang sanagt tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu untuk aktif atau pasif.
I.       Penyakit Pada Sistem Endokrin
Setiap tubuh seseorang pasti mengalami perubahan dan akan mempengaruhi fungsi sistem endikron dan sekresi (keluarnya) hormon. Berubahnya tingkat hormon bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti stress, infeksi, penuaan, genetik, dan lingkungan yang bisa merusak keseimbangan badan. Bila sistem endokrin tidak seimbang, ia akan terganggu dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan bisa merusak kesehatan kita lewat beragam cara.
Ada banyak penyakit sistem endokrin yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem yang komplek ini. Di antara penyakit-penyakit yang sudah polpuler antara lain:
v Gangguan pertumbuhan, seseorang yang kelebihan hormon pertumbuhan akan mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Pada anak-anak kelebihan hormon pertumbuhan disebut gigantisme dan pada orang dewasa disebut ackromegali. Sebaliknya, bila anak-anak mengalami kekurangan hormon, ia akan mengalami kekerdilan.
v Hyperprolactinemia, sekresi prolaktin yang berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan produksi/keluarnya air susu ibu (galactoorhea) meski tidak mengandung atau tidak menstruasi (amemorrhea).
v Kegagalan fungsi gonad (hypogonadisme, akibat kekurangan sekresi Hormon Peluteinan (LH) dan Hormon Perangsang Folikel (FSH). Keadaan ini biasanya sering dialami pria, yakni berupa kegagalan menghasilkan jumlah sperma yang normal.
Hipertiroidisme (Hyperthyroidism)
Hipertiroidisme terjadi ketika hormon tiroid terlalu banyak dilepaskan ke dalam tubuh, sehingga mengakibatkan metabolisme tubuh yang terlalu cepat.
Sementara hipertiroidisme memiliki banyak penyebab, gejala-gejala yang menyertainya pada dasarnya sama.
Gejala tersebut diantaranya suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, atau dalam beberapa kasus terjadi kenaikan berat badan akibat nafsu makan yang meningkat.
Hipotiroidisme (Hypothyroidism)
Hipotiroidisme adalah kondisi dimana kelenjar tiroid menghasilkan T3 dan T4 kurang dari yang dibutuhkan tubuh.
Seperti hipertiroidisme, hipotiroidisme seringkali sulit untuk didiagnosa pada stadium awal.
Gejala hipotiroidisme ditandai dengan metabolisme yang melambat, penambahan berat badan, ketidakmampuan untuk menurunkan berat badan, rambut rontok, intoleransi dingin, nyeri sendi dan otot, kelemahan, kehilangan memori, kulit kering atau pucat, penurunan gairah seksual, dan terlalu banyak tidur.
Dalam kasus tertentu, pasien dengan hipotiroidisme melaporkan tertidur saat berhenti di lampu lalu lintas atau saat sedang duduk di meja kerja.
Penyakit Hashimoto, bentuk paling umum dari hipotiroidisme, memiliki sebab auto-imun yaitu ketika tiroid diserang oleh sistem kekebalan tubuh.
v Penyakit kencing manis, penyakit sistem endokrin yang sering kita dijumpai. Penyakit kecing manis ada dua. Jenis pertama terjadi apabila pankreas gagal menghasilkan insulin yang mencukupi. Sementara, jenis kedua terjadi akibat badan tidak mampu merespon insulin dengan normal. Penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan gagal ginjal, neuropathy dan kerusakan saraf, kebutaan, amputasi kaki, sakit jantung, serta stroke.
v Osteoporosis, terjadi baik pada wanita maupun laki-laki. Ini terjadi bila struktur tulang menjadi semakin lemah dan kelihatan seperti retak atau patah. Banyak faktor penyebabnya, termasuk kekurangan hormon estrogen pada masa menopaus wanita, atau kekurangan hormon tetosteron pada laki-laki seiring bertambhnya usia.
v Sindrom Ovari Polisistik, PholycysticOvary Syndrome (PCOS) adalah penyakit endokrin yang menyerang lebih kurang 5% jumlah wanita. Wanita yang mengalami PCOS ini menghasilkan jumlah hormon seks lelaki (endogren) yang berlebihan. Hal ini bisa menghalangi proses ovulasi dan menyebabkan ketidaksuburan. Para penderita PCOS mungkin mengalami gangguan menstruasi atau malah tidak menstruasi, tidak subur, rambut yang tumbuh berlebihan. Penyakit ini bisa mengakibatkan gangguan kesehatan jangka panjang pada wanita.
v Menopause, yakni masa perubahan badan di mana level estrogen, testosteron, dan progesteron semakin berkurang dan akhirnya sama sekali berhenti produksi. Kekurangan estrogen menyebabkan badan terasa panas, berpeluh, emosi tidak stabil, murung, vagina kering, urin terganggu, hilang konsentrasi, dsb. Ada banyak risiko jangka panjang yang bisa terjadi seperti penyakit kardiovaskular meningkat, kegemukan, perubahan tingkat kolesterol, risiko osteoporosis meningkat, penyakit Alzhiemer, dsb.
v Diabetes insipidus, penyakit diakibatkan oleh kekurangan hormon antidiuresis. Masalah ini timbul akibat rusaknya tangkai pituitari atau kelenjar pituitari posterior. Penderita yang mengidap diabetes insipidus ini selalu merasa dahaga dan sering kencing.
v Ketidakcukupan Adrenal atau penyakit Addison, yakni akibat rusaknya fungsi korteks adrenal dan secara langsung mengakibatkan kekurangan pengeluaran/sekresi hormon kortikosteroid adrenal. Gejala-gejalanya antara lain; badan lemah, penat, loyo, kekurangan/turunnya berat badan, murung, lesu, muntah-muntah, anoreksia, dan hiperpigmentasi.
v Sindrom Cushing, yakni keadaan akibat hipersekresi [perembesan yang berlebih] glukokortikoid dari korteks adrenal. Gejalanya antara lain termasuk kegemukan, gagal pertumbuhan, lemah otot, kulit mudah lebam, jerawat, tekanan darah tinggi, dan perubahan psikologis.





KESIMPULAN

Sistem endokrin dan sistem saraf bekerja secara kooperatif untuk mengatur seluruh aktivitas dalam tubuh hewan, dengan cara menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi sel sasaran. Hormon dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati ataupun oleh sel neurosekretori. Hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu hormon steroid, hormon peptide dan hormon turunan tirosin
Hormon mempengaruhi sel target secara spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erta dengan adanya reseptor hormon pada sel target yang sesuai dengan hormon tertentu. Reseptor hormon ada yang terdapat di membrane sel juga terdapat di sitoplasma sel.
Sistem endokrin pada invertebrata masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliki pada umumnya berupa organ neuroendokrin, sedangkan sistem endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ endokrin yang dimiliki vertebrata umumnya berupa organ endokrin klasik dan organ endokrin tepi.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et all. 2003. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Diktat Kuliah. 1981. Sistem Endokrin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar