A. Pengertian
Sistem Endokrin
Sistem Endokrin disebut juga
kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk
mengeluarkan sekretnya. Sekret dari kelenjar endokrin dinamakan hormon. Hormon
berperan penting untuk mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara
lain aktivitas pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi
serta koordinasi tubuh.
Sistem endokrin terdiri dari
sekelompok organ (kadang disebut sebagai kelenjar sekresi internal), yang
fungsi utamanya adalah menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara
langsung ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai pembawa pesan untuk
mengkoordinasikan kegiatan berbagai organ tubuh.
Sistem endokrin hamper selalu
bekerja sama dengan sistem saraf, namun cara kerjanya dalam mengendalikan
aktivitas tubuh berbeda dari sistem saraf. Ada dua perbedaaan cara kerja antara
kedua sistem tersebut. Kedua perbedaan tersebut adalah sebagai berikut.
- Dibandingkan dengan sistem
saraf, sistem endokrin lebih nanyak bekerja melalui transmisi kimia.
- Sistem endokrin memperhatikan
waktu respons lebih lambat daripada sistem saraf. Pada sistem saraf,
potensial aksi akan bekerja sempurna hanya dalam waktu 1-5 milidetik,
tetapi kerja endokrin melalui hormon baru akan sempurna dalam waktu yang
sangat bervariasi, berkisar antara beberapa menit hingga beberapa jam.
Hormon adrenalin bekerja hanya dalam waktu singkat, namun hormon
pertumbuhan bekerja dalam waktu yang sangat lama. Di bawah kendali sistem
endokrin (menggunakan hormon pertumbuhan), proses pertumbuhan memerlukan
waktu hingga puluhan tahun untuk mencapai tingkat pertumbuhan yang
sempurna.
Dasar dari sistem endokrin adalah
hormin dan kelenjar (glandula), sebagai senyawa kimia perantara, hormon akan
memberikan informasi dan instruksi dari sel satu ke sel lainnya. Banyak hormon
yang berbeda-beda masuk ke aliran darah, tetapi masing-masing tipe hormon
tersebut bekerja dan memberikan pengaruhnya hanya untuk sel tertentu.
B. Sel-sel
Penyusun Organ Endokrin
Sel-sel penyusun organ endokrin
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
- Sel Neusekretori, adalah sel
yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil
hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf pada hipotalamus. Sel
tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga dapat juga disebut sebagai
sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang dapat menghasilkan sekret
disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena itu, sel saraf seperti yang
terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
- Sel endokrin sejati, disebut
juag sel endokrin kelasik yaitu sel endokrin yang benar-benar berfungsi
sebagai penghasil hormon, tidak memiliki bentuk seperti sel saraf.
Kelenjat endokrin sejati melepaskan hormon yang dihasilkannya secara
langsung ke dalam darah (cairan tubuh). Kelenjar endokrin sejati dapat
ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem sirkulasi, baik vertebrata
maupun invertebrata. Hewan invertebrata yang sering menjadi objek studi
sistem endokrin yaitu Insekta, Crustaceae, Cephalopoda, dan Moluska. Kelenjar
ensokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.
C. Organ
utama dari sistem endokrin adalah:
a.
Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian organ
dari otak yang mempunyai fungsi yang sangat vital. Hipotalamus terletak di
batang otak tepatnya di diencephalon. Hipotalamus mengatur kerja sistem
endokrin, mengatur sintesis dan sekresi hormon-hormon hipofise (hormon
pertumbuhan).
Hipotalamus berfungsi sebagai
pengatur terpenting dari seluruh hormon-hormon endokrin. Hipotalamus juga
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem limfatik, dan merupakan
konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke korteks otak besar. Akson
dari berbagai sistem indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem
olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke korteks otak besar
Hipotalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai aktivitas dari
tubuh yang sangat banyak.
Hipotalamus bertanggungjawab
terhadap:
Cahaya: day length dan photoperiod
untuk mengatur sirkadian ritme dan musiman Rangsangan penciuman, termasuk
feromon
Steroid, termasuk steroid gonad
(hormon kelamin) dan kortikosteroid
Neurally mengirimkan informasi
yang timbul terutama dari jantung, perut, dan saluran reproduksi
Saraf otonom
Melalui darah rangsangan,
termasuk leptin, ghrelin, angiotensin, insulin, hormon pituitari, sitokin,
konsentrasi plasma glukosa dan osmolaritas dll
Stres
Menyerang mikroorganisme dengan
suhu tubuh meningkat, ulang termostat tubuh ke atas.
Hipotalamus mengontrol banyak
sekali hormon yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi pengaturan hormon inilah
yang menentukan, betapa sangat vitalnya satu organ ini.
Hormon-hormon yang dikontrol oleh
hipotalamus antara lain:
ACTH : Adrenocortico Releasing
Hormon
ACIH : Adrenocortico Inhibiting
Hormon
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
GnRH : Gonadotropin Releasing
Hormon
GnIH : Gonadotropin Inhibiting
Hormon
PTRH : Paratyroid Releasing
Hormon
PTIH : Paratyroid Inhibiting
Hormon
PRH : Prolaktin Releasing Hormon
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
GRH : Growth Releasing Hormon
GIH : Growth Inhibiting Hormon
MRH : Melanosit Releasing Hormon
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
Hipotalamus sebagai bagian dari
sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise
anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol
melalui kerja saraf
b.
Kelenjar hipofisa/Kelenjar Pituitari
Kelenjar
pituitari ini dikenal sebagai master of glands (raja dari semua kelenjar)
karena pituitari itu dapat mengkontrol kelenjar endokrin lainnya. Sekresi
hormon dari kelenjar pituitari ini dipengaruhi oleh faktor emosi dan perubahan
iklim. Pituitari dibagi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior.
a. Hipofisis
anterior:
Macam-macam fungsi hormon yang
dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan gangguannya
Hormon yang dihasilkan
|
Fungsi dan gangguannya
|
Hormon
Somatotropin (STH), Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
|
merangsang
sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang
(terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak
menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan
akan menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi
pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang
jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.
|
Hormon
tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
|
Mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang
sekresi tiroksin
|
Adrenocorticotropic
hormone (ACTH)
|
Mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar
adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk
metabolisme karbohidrat)
|
Prolaktin
(PRL) atau Lactogenic hormone (LTH)
|
Membantu
kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu
|
Hormon
gonadotropin pada wanita :
1.
Follicle Stimulating Hormone (FSH)
2.
Luteinizing Hormone (LH)
|
·
Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen
·
Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron
|
Hormone
gonadotropin pada pria :
1.
FSH
2.
Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
|
·
Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses pematangan sperma)
·
Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan
androgen
|
b. Hipofisis
Medula(membentuk hormon pengatur melanosit)
No
|
Hormon
|
Fungsi
|
1.
|
MSH (Melanosit Stimulating Hormon)
|
Mempengaruhi warna kulit individu.
dengan cara menyebarkan butir melanin, apabila hormon ini banyak dihasilkan
maka menyebabkan kulit
|
c. Hipofisis
posterior
jenis hormon serta fungsi dari
hipofisis posterior
No
|
Hormon
|
Fungsi
|
1.
|
Oksitosin
|
Menstimulasi kontraksi otot polos
pada rahim wanita selama proses melahirkan
|
2.
|
Hormon ADH
|
Menurunkan volume urine dan
meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah
|
Gambar 5.
Regulasi hormon ADH
Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di
deteksi oleh hipotalamus. Jika cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka
hipofisis akan mensekresikan ADH untuk melakukan reabsorpsi (penyerapan
kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari hasil reabsorpsi
tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali
seimbang. Selain itu, karena cairan pada ginjal sudah diserap, maka urinenya
kini bersifat pekat.
Jika seseorang buang air kecil terus
menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya mengalami gangguan sebab ADH tidak
berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini disebut diabetes insipidus.
c.
Kelenjar tiroid
Kelenjar
tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh manusia.
Kelenjar ini dapat ditemui di leher. Kelenjar ini berfungsi untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein dan mengatur kesensitifan
tubuh terhadap hormon lainnya. Kelenjar tiroid dapat distimulasi dan menjadi
lebih besar oleh epoprostenol. Fungsi tiroid diatur oleh hormon perangsang
tiroid (TSH) hipofisis, dibawah kendali hormon pelepas tirotropin (TRH)
hipotalamus melalui sistem umpan balik hipofisis-hipotalamus. Faktor utama yang
mempengaruhi laju sekresi TRH dan TSH adalah kadar hormon tiroid yang
bersirkulasi dan laju metabolik tubuh.
Tiroid merupakan
kelenjar kecil dengan fungsi dan peran besar yang mengatur metabolisme tubuh.
Berat kelenjar
tiroid hanya beberapa gram, terletak di leher bagian depan dan memiliki bentuk
seperti “kupu-kupu”.
Dua “sayap
kupu-kupu” (lobus) dihubungkan oleh jaringan yang dikenal sebagai isthmus
(tanah genting). Kelenjar tiroid memengaruhi setiap jaringan dalam tubuh yang
memerlukan peningkatan aktivitas sel.
Perubahan berat
badan (naik atau turun), perubahan detak jantung, kepekaan terhadap panas dan
dingin, koordinasi motorik dan bahkan kesuburan dapat terpengaruh ketika tiroid
tidak berfungsi dengan baik.
T3 &
T4
Tiroid bertanggung
jawab untuk produksi dua macam hormon yaitu tri-iodothyronine (T3) dan tiroksin
(T4). Kedua hormon ini disekresikan ke dalam tubuh oleh tiroid melalui konversi
yodium.
Setelah T3 dan T4
dilepaskan ke dalam aliran darah, keduanya dikirim ke sel-sel yang bertanggung
jawab untuk mengendalikan metabolisme tubuh.
Sebuah kelenjar
tiroid yang berfungsi normal akan menghasilkan 80 persen T4 dan 20 persen T3.
TSH &
Hormon Tiroid
Kadang-kadang,
tingkat hormon tiroid akan turun terlalu rendah. Ketika ini terjadi, kelenjar
pituitari (kelenjar kecil di dasar otak) melepaskan apa yang dikenal sebagai
TSH (Thyroid Stimulating Hormone) untuk mendorong tiroid memproduksi dan
mengeluarkan lebih banyak hormon.
Setelah tiroid
memproduksi lebih banyak hormon, kelenjar pituitari akan menghentikan produksi
TSH. Kelenjar pituitari dan tiroid selalu bekerja bersama-sama untuk menjaga
kondisi hormon selalu seimbang.
Namun, jika
seseorang memiliki gangguan tiroid dimana hormon diproduksi terlalu banyak atau
sedikit, pelepasan TSH akan mengiritasi kelenjar tiroid dan menyebabkan
“gondok” (tiroid membesar).
d.
Kelenjar paratiroid
Fungsi
kelenjar paratiroid
·
Mengatur metabilisme fosfor
·
Memelihara kosentrasi ion kalsium
yang tetap dalam plasma
·
Mengontrol ekskresi kalsium dan
fosfat melalui ginjal
·
Mempercepat absorsi kalsium di
intestine
·
Jika kalsium berkurang, hormone paratiroid
menstimulasi reabsorsi tulang sehingga menambah kalsium dalam darah.
·
Menstimulasi dan mentransportasi
kalsium dan fosfat melalui membran sel.
e.
Pulau-pulau pankreas
Kelenjar pankreas termasuk golongan kelenjar endokrin. Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
langerhans. Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormone insulin. Hormone insulin berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
Kekurangan hormon ini akan menyebabkan penyakit diabetes yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa dalam darah. Selain menghasilkan insulin, pankreas
juga menghasilkan hormon glucagons yang bekerja antagonis dengan hormon
insulin.
Secara anatomis, kelenjar pancreas terletak retroperitoneal melintang di abdomen bagian atas
dengan panjang ± 25 cm, dan berat 120 gram, yang terdiri dari caput, leher, corpus, cauda, dan procuncinatus (bag caput yg menonjol ke
bawah).
Pankreas dipersarafi oleh saraf-saraf simpatis dari cabang-cabang nervus vagus. Jika terjadi nyeri pada pancreas
akan menyebar ke
paramedia kanan dan menyebar ke epigastrik serta ke seluruh abdomen kiri.
Secara Mikroskopis,
ada 2 fungsi
pankreas, yaitu berfungsi sebagai kelenjar eksokrin dan endokrin.
Pankreas berfungsi sebagai kelenjar eksokrin sama seperti kelenjar ludah.
Sedangkan fungsi kelenjar endorinnya dapat dibagi menjadi 3 sel utama, yaitu:
α cell (Sel Alpa)
Fungsi dari sel α adalah:
- Memproduksi glukagon
- Meningkatkan glukagon
- Menurunkan kadar glukosa
- Hyperglycemic factor
- Sel bulat dengan dinding tipis
β cell (Sel Beta)
Fungsi dari sel β adalah:
- Memproduksi insulin
- Hypoglycemic factor
- Bertentangan dengan sel
- Menurunkan glukagon
- Meningkatkan glukosa
∂ cell (Sel gamma)
Fungsi dari ∂ cell belum diketahui
secara pasti
f.
Kelenjar adrenal
Kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal (kelenjar supra renal) terletak di
atas ginjal bagian kiri dan kanan. Bagian luar dari kelenjar adrenal
berwarna kekuningan yang menghasilkan kortisol yang disebut korteks dan bagian
medula yang menghasilkan adrenalin atau epinefrin dan non adrenalin atau nor
eprinefrin.
Kelenjar adrenal beratnya kira-kira 4 gram. Kelenjar adrenal terdiri atas dua
bagian yang berbeda, yaitu: Pada setiap ginjal terdapat satu kelenjar
suprarenal dan dibagi atas dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
tengah (medula). Medula Adrenal yang berada di pusat, bagian ini kira-kira 20%
dari keseluruhan kelenjar adrenal, berkaitan dengan sistem saraf simpatis,
bertugas untuk mensekresi hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks
Adrenal, bagian ini berada di luar dan berfungsi untuk mensekresi hormon
kortikosteroid dan androgen.
Hormon yang dihasilakan kelenjar
adrenal
- Pada
korteks menghasilkan hormon deoksikortison dan kortison dengan fungsi
mempengaruhi penyerapan. Apabila
kekurangan menyebabkan penyakit adison.
- Pada
medulla menghasilkan hormon adrenalin (epinefrin) dengan fungsi mengubah
glikogen menjadi glukosa, menaikkan gula darah dan mempercepat kerja
jantung. Hormone adrenalin bekerja antagonis dengan hormone insulin dalam
mengatur gula dalam darah agar tetap normal.
Hubungan
Kelenjar Adrenal dengan Emosi
Kelenjar adrenal, khususnya hormon yang dihasilkannya
(efinefrin dan norefinefrin) mempunyai hubungan kerja dengan sistem emosi
manusia. Stimulus yang mencekam menyebabkan hipotalamus mengaktifkan medula
adrenal melalui impuls saraf dan korteks adrenal melalui sinyal hormonal.
Medulla adrenal memperantarai respons jangka pendek terhadap stress dengan cara
mensekresikan hormon katekolamin yaitu efinefrin dan norefinefrin. Korteks
adrenal mengontrol respon yang berlangsung lebih lama dengan cara mensekresikan
hormone steroid (Campbell, 1952 :
146).
g.
Buah zakar
Testis
|
Androgen
(testosteron)
|
Mempertahankan pembentukan sperma,
Dan terlibat dalam perkembangan
ciri seks sekunder
|
h.
Indung telur.
Ovarium
|
Esterogen
progesteron
|
Menginisiasi proliferasi endometrium
Mempertahankan ketebalan
endometrium
|
Selama kehamilan, plasenta juga
bertindak sebagai suatu kelenjar endokrin.
D.
Klasifikasi, Fungsi, dan Sifat
Hormon
Berdasarkan hakekat kimianya, hormon
dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu hormon peptide dan protein, steroid,
dan turunan tirosin.
Steroid
|
Peptida
|
Protein Besar
|
Turunan Tirosin
|
Testosteron
Esterogen
Progesteron
Kortikosteroid
Vitamin D-3
|
Hormon Hipotalamus
Angiotensin
Somatostatin
Gastrin
Sekretin
Glukagon
Kalsitonin
Insulin
Parathormon
|
Hormon Pertumbuhan
Prolaktin
LH
FSH
TSH
|
Katekolamin, meliputi :
Noradrenalin
Adrenalin
Hormon Tiroid, meliputi :
Tiroksin (T4)
Triiodotironin (T3)
|
Selain berbagai hormon yang telah
disebutkan di atas, terdapat sejumlah zat kimia yang menyerupai hormon, antara
lain :
Hormon Thymic : Hormon dari kelenjar
timus (thymus), berperan untuk mempengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi
sel plasma, yaitu sel penghasin antibodi.
Hormon Brakidin : Hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar yang sedang aktif, bekerja sebagai vasodilator (yang
menyebabkan pembuluh darah membesar) sehingga dapat meningkatkan aliran darah
dan merangsang pengeluaran keringat dan air ludah dalam jumlah lebih banyak.
Hormon Eritropuitin : Merupakan
glikoprotein yang proses sintesisnya melibatkan hati dan ginjal, hormon ini
dapat merangsang pusat pembentukan sal darah di sumsum tulang sehingga tubuh
akan menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang lebih banayak. Hal ini
bermanfaat dalam meningkatkan jumlah oksigen yang dapat diangkut oleh darah.
Hormon Prostaglin, Eritropuitin,
Histamin, Kinin, dan Renin dapat disintesis secara luas oleh berbagai jaringan
tau organ yang sebenarnya tidak berfungsi sebagai organ endokrin.
Hormon Feromon : suatu senyawa kimia
spesifik yang dilepaskan oleh hewan ke lingkunganya.dan dpapat menimbulkan
respons prilaku, perkembangan, reproduktif. Dan untuk membereikan daya tarik
seksual, menandai daerah kekuasaan, mengenali individu lain dalam spesies yang
sama dan berperan penting dalam sinkronisasi siklus seksual.
E.
Sifat Hormon
Semua hormon umunya memperlihatkan
adanya kesamaan sifat. Beberapa sifat yang umum diperlihatkan oleh hormon ialah
sebagai berikut.
- Hormon Polipeptida biasanya
disintesis dalam bentuk precursor yang belum aktif (disebut sebagai
prohormon), contohnya proinsulin. Prohormon memiliki rantai yang panjang
daripada bentuk aktifnya.
- Sejumlah hormon dapat berfungsi
dalam konsentrasi yang sangat rendah dan sebagian hormon berumur pendek.
- Beberapa jenis hormon (misalnya
adrenalin) dapat segera beraksi dengan sel sasaran dalam waktu beberapa
detik, sedangkan hormon yang lain (contohnya esterogen dan tiroksin)
bereaksi secara lambat dalam waktu beberapa jam samapai beberapa hari.
- Pada sel sasaran, hormon akan
berkaitan dengan reseptornya.
- Hormon kadang-kadang memerlukan
pembawa pesan kedua dalam mekanismenya.
F.
Mekanisme Aksi Hormon
Reseptor Hormon Pada Membran
Reseptor untuk hormon pada suatu sel
dapat terletak pada membrane atau sitoplasma biasanya merupakan reseptor untuk
hormon protein atau peptida. Apabila sudah sampai di dekat sel sasaran, hormon
akan segera berikatan dengan reseptornya dan memebentuk komplekss
hormon-reseptor. Pembentukan hormon-reseptor terjadi melalui mekanisme yang
serupa dengan penggabungan antara anak kunci dan gemboknya. Kompleks
hormon-reseptor akan memicu serangkaian reaksi biokimia yang menimbulkan
tanggapan hayati.
Berikut adalah contoh beberapa
peristiwa yang dapat diubah oleh hormon dengan cara kerja seperti di atas :
ü Perubahan aktivitas enzim :
perubahan aktivitas enzim memungkinkan proses metabolism tertentu dapat
terselenggara atau terhenti.
ü Pengaktifan mekanisme
transport aktif : proses transport aktif sangat penting bagi sel untuk
memasukkan tau mengeluarkan suatu zat.
ü Aktivitas pembentukan
mikrotubulus : perubahan aktivitas pembentukan mikrotubulus dapat mempengaruhi
berbagai peristiwa yang tergantung padanya, antara alin pergerakan ameba dan
mitosis sel.
ü Pengubahan aktivitas
metabolism DNA : pengubahan aktivitas metabolisme DNA dapat emepengaruhi proses
pertumbuhan atau pembelahan sel.
Reseptor Hormon Pada Sitoplasma
(Reseptor Sitosolik)
Merupakan hormon yang terdapat dalam
sitoplasma sel sasaran. Hormon yang menggunakan reseptor sitosolik adalah
hormon steroid dan hormon turunan asam amino. Hormon tersebut sangat musah
larutdalam lipid sehingga mudah melewati membrane sel sasaran.
Selama dalam peredaran darah ke
seluruh tubuh, hormon selalu berkaitan dengan pengembannnya. Hormon akan
terlepas dari molekul pengemban dan masuk ke sel sasaran. Dalam sitoplasma sel
sasaran, hormon berkombinasi dengan reseptor khusus sehingga menghasilkan
kompleks hormon-reseptor yang aktif. Kompleks tersebut memiliki daya gabung
yang sanagt tinggi terhadap DNA sehingga setelah masuk ke inti, akan segera
berkombinasi dengan DNA. Hal ini yang mengawali transkrip DNA. Pengikatan
kompleks hormon-reseptor pada daerah promoter akan merangsang gen tertentu
untuk aktif atau pasif.
I.
Penyakit Pada Sistem Endokrin
Setiap tubuh seseorang pasti
mengalami perubahan dan akan mempengaruhi fungsi sistem endikron dan sekresi
(keluarnya) hormon. Berubahnya tingkat hormon bisa dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti stress, infeksi, penuaan, genetik, dan lingkungan yang
bisa merusak keseimbangan badan. Bila sistem endokrin tidak seimbang, ia akan
terganggu dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Hal ini akan menyebabkan
ketidakseimbangan hormon dan bisa merusak kesehatan kita lewat beragam cara.
Ada banyak penyakit sistem endokrin
yang diakibatkan oleh gangguan pada sistem yang komplek ini. Di antara
penyakit-penyakit yang sudah polpuler antara lain:
v Gangguan pertumbuhan,
seseorang yang kelebihan hormon pertumbuhan akan mengalami pertumbuhan yang
luar biasa. Pada anak-anak kelebihan hormon pertumbuhan disebut gigantisme
dan pada orang dewasa disebut ackromegali. Sebaliknya, bila anak-anak
mengalami kekurangan hormon, ia akan mengalami kekerdilan.
v Hyperprolactinemia, sekresi
prolaktin yang berlebihan. Hal ini bisa menyebabkan produksi/keluarnya air susu
ibu (galactoorhea) meski tidak mengandung atau tidak menstruasi (amemorrhea).
v Kegagalan fungsi gonad
(hypogonadisme, akibat kekurangan sekresi Hormon Peluteinan (LH) dan Hormon
Perangsang Folikel (FSH). Keadaan ini biasanya sering dialami pria, yakni
berupa kegagalan menghasilkan jumlah sperma yang normal.
Hipertiroidisme
(Hyperthyroidism)
Hipertiroidisme
terjadi ketika hormon tiroid terlalu banyak dilepaskan ke dalam tubuh, sehingga
mengakibatkan metabolisme tubuh yang terlalu cepat.
Sementara
hipertiroidisme memiliki banyak penyebab, gejala-gejala yang menyertainya pada
dasarnya sama.
Gejala tersebut
diantaranya suhu tubuh yang lebih tinggi dari normal dan penurunan berat badan
yang tidak dapat dijelaskan sebabnya, atau dalam beberapa kasus terjadi
kenaikan berat badan akibat nafsu makan yang meningkat.
Hipotiroidisme
(Hypothyroidism)
Hipotiroidisme
adalah kondisi dimana kelenjar tiroid menghasilkan T3 dan T4 kurang dari yang
dibutuhkan tubuh.
Seperti
hipertiroidisme, hipotiroidisme seringkali sulit untuk didiagnosa pada stadium
awal.
Gejala
hipotiroidisme ditandai dengan metabolisme yang melambat, penambahan berat
badan, ketidakmampuan untuk menurunkan berat badan, rambut rontok, intoleransi
dingin, nyeri sendi dan otot, kelemahan, kehilangan memori, kulit kering atau
pucat, penurunan gairah seksual, dan terlalu banyak tidur.
Dalam kasus
tertentu, pasien dengan hipotiroidisme melaporkan tertidur saat berhenti di
lampu lalu lintas atau saat sedang duduk di meja kerja.
Penyakit
Hashimoto, bentuk paling umum dari hipotiroidisme, memiliki sebab auto-imun
yaitu ketika tiroid diserang oleh sistem kekebalan tubuh.
v Penyakit kencing manis,
penyakit sistem endokrin yang sering kita dijumpai. Penyakit kecing manis ada
dua. Jenis pertama terjadi apabila pankreas gagal menghasilkan insulin yang
mencukupi. Sementara, jenis kedua terjadi akibat badan tidak mampu merespon
insulin dengan normal. Penyakit kencing manis ini bisa menyebabkan gagal
ginjal, neuropathy dan kerusakan saraf, kebutaan, amputasi kaki, sakit jantung,
serta stroke.
v Osteoporosis, terjadi baik
pada wanita maupun laki-laki. Ini terjadi bila struktur tulang menjadi semakin
lemah dan kelihatan seperti retak atau patah. Banyak faktor penyebabnya,
termasuk kekurangan hormon estrogen pada masa menopaus wanita, atau kekurangan
hormon tetosteron pada laki-laki seiring bertambhnya usia.
v Sindrom Ovari Polisistik, PholycysticOvary
Syndrome (PCOS) adalah penyakit endokrin yang menyerang lebih kurang 5%
jumlah wanita. Wanita yang mengalami PCOS ini menghasilkan jumlah hormon seks
lelaki (endogren) yang berlebihan. Hal ini bisa menghalangi proses ovulasi dan
menyebabkan ketidaksuburan. Para penderita PCOS mungkin mengalami gangguan
menstruasi atau malah tidak menstruasi, tidak subur, rambut yang tumbuh
berlebihan. Penyakit ini bisa mengakibatkan gangguan kesehatan jangka panjang
pada wanita.
v Menopause, yakni masa
perubahan badan di mana level estrogen, testosteron, dan progesteron semakin
berkurang dan akhirnya sama sekali berhenti produksi. Kekurangan estrogen
menyebabkan badan terasa panas, berpeluh, emosi tidak stabil, murung, vagina
kering, urin terganggu, hilang konsentrasi, dsb. Ada banyak risiko jangka
panjang yang bisa terjadi seperti penyakit kardiovaskular meningkat, kegemukan,
perubahan tingkat kolesterol, risiko osteoporosis meningkat, penyakit
Alzhiemer, dsb.
v Diabetes insipidus,
penyakit diakibatkan oleh kekurangan hormon antidiuresis. Masalah ini timbul
akibat rusaknya tangkai pituitari atau kelenjar pituitari posterior. Penderita
yang mengidap diabetes insipidus ini selalu merasa dahaga dan sering kencing.
v Ketidakcukupan Adrenal atau
penyakit Addison, yakni akibat rusaknya fungsi korteks adrenal dan secara
langsung mengakibatkan kekurangan pengeluaran/sekresi hormon kortikosteroid
adrenal. Gejala-gejalanya antara lain; badan lemah, penat, loyo,
kekurangan/turunnya berat badan, murung, lesu, muntah-muntah, anoreksia, dan
hiperpigmentasi.
v Sindrom Cushing, yakni
keadaan akibat hipersekresi [perembesan yang berlebih] glukokortikoid dari
korteks adrenal. Gejalanya antara lain termasuk kegemukan, gagal pertumbuhan,
lemah otot, kulit mudah lebam, jerawat, tekanan darah tinggi, dan perubahan
psikologis.
KESIMPULAN
Sistem endokrin dan sistem saraf
bekerja secara kooperatif untuk mengatur seluruh aktivitas dalam tubuh hewan,
dengan cara menghasilkan hormon yang akan mempengaruhi sel sasaran. Hormon
dapat dihasilkan oleh organ endokrin sejati ataupun oleh sel neurosekretori.
Hormon dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu hormon steroid, hormon peptide
dan hormon turunan tirosin
Hormon mempengaruhi sel target secara
spesifik. Pengaruh tersebut berkaitan erta dengan adanya reseptor hormon pada
sel target yang sesuai dengan hormon tertentu. Reseptor hormon ada yang
terdapat di membrane sel juga terdapat di sitoplasma sel.
Sistem endokrin pada invertebrata
masih sederhana dan organ endokrin yang dimiliki pada umumnya berupa organ
neuroendokrin, sedangkan sistem endokrin pada vertebrata sangat kompleks. Organ
endokrin yang dimiliki vertebrata umumnya berupa organ endokrin klasik dan
organ endokrin tepi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, et all. 2003. Biologi
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Diktat Kuliah. 1981. Sistem
Endokrin. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/endokrin,
24 Januari 2011.
http://opensains.wordpress.com/2009/07/27/penyebab-penyakit-endokrin/,
24 Januari 2011.
http://www.indonesiaindonesia.com/f/11222-hormon-sistem-endokrin/,
diakses 22 Januari 2011.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/sistem-endokrin/,
diakses 22 Januari2011.
0 komentar:
Posting Komentar